Rapat Kerja Pengurus Bravo 2013-2015

Para pengurus Bravo sedang berkumpul dengan duduk melingkar di Anjungan Nusa tenggara barat (NTB) TMII, 29-30 desember 2012.

Peringatan hari Disabilitas internasional se-Jabodetabek

Volunteer Bravo sedang berdiskusi untuk membantu kawan-kawan disabilitas

Peringatan hari Disabilitas Internasional se-Jakarta

Kawan-kawan disabilitas sedang jalan sehat dari Monas - Bundaran Hotel Indonesia (HI)

Selalu semangat untuk kawan-kawan disabilitas

Rani Aziz, Koordinator umum sedang berdiskusi dengan Bimo Wahyudi, Koordinator harian bravo

Volunteer Bravo Bersama Barrier free turism

Sedang membantu kawan disabilitas daksa menaiki tangga di stasiun cikini yang tidak akses

Rabu, 04 Januari 2017

Hari Braille Sedunia

Hari Braille diperingati setiap tanggal 4 Januari yang merupakan hari ulang tahun penemu tulisan braille, yaitu Louis Braille. Hari Braille diperingati dalam rangka mengakui kontrubusi Louis Braille dalam membantu tunanetra untuk dapat membaca dan menulis.

membaca tulisan braille via britannica.com
Komunitas dan organisasi sosial pemerhati disabilitas di seluruh dunia menjadikan hari ini untuk dengan membuat  kepedulian tentang tantangan yang dihadapi penyandang tunanetra dan  mendorong pemerintah untuk menciptakan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan  dalam rangka pemenuhan hak penyandang disabilitas, khususnya penyandang tunanetra.
Untuk mengenang jasanya yang tak terhingga itu, pada tahun 1956 The World Council for The Welfare of the Blind (Dewan Dunia untuk Kesejahteraan Tunanetra) menjadikan bekas rumah kediaman Louis Braille yang terletak di Coupray, 40 km sebelah timur Paris, sebagai museum Louis Braille.

Tentang Braille

alfabet dalam tulisan braille via www.papermasters.com
Braille adalah merupakan sebuah sistem tulisan yang terdiri dari enam titik-titik timbul berbentuk “domino” sebagai kerangka sistem tulisannya. Bentuk sistem tulisan Braille itu yakni tiga titik ke bawah dan dua titik ke kanan. Untuk memudahkan pendeskripsian, tiga titik di sebelah kiri diberi nomor 1, 2 dan 3 (dari atas ke bawah), dan tiga titik di sebelah kanan diberi nomor 4, 5, dan 6. Satu atau beberapa dari enam titik itu divariasikan letaknya sehingga membentuk sebanyak 63 macam kombinasi yang cukup untuk menggambarkan abjad, angka, tandatanda baca, matematika, music, dan lain-lain.
Yang mendasari sistem tulisan Braille adalah sistem titik-titik timbul yang diciptakan oleh Charles Barbier, seorang perwira artileri Napoleon. Pada tahun 1815, dalam peperangan Napoleon, Barbier menciptakan tulisan sandi yang terdiri dari titik-titik dan garis-garis timbul yang dinamakannya “tulisan malam”. Barbier menggunakan tulisan ini untuk memungkinkan pasukannya membaca perintah-perintah militer dalam kegelapan amlam dengan merabanya melalui ujung-ujung jari. Barbier menggunakan pola 12 titik yang terdiri dari dua deretan vertical yang masing-masing terdiri dari enam titik. Titik-titik tersebut dibuat dengan menusukkan sebuah alat tajam pada kertas tebal yang diletakkan pada sebuah cetakan dari logam. Alat yang inovatif ini masih bertahan hingga kini sebagai alat tulis Braille yang paling banyak dipergunakan Di Indonesia, alat ini disebut “pen” dan “reglet”.   
  
Pada  tahun 1920, Barbier tertarik untuk memperkenalkannya kepada lembaga pendidikan penyandang tunanetra. Pada awalnya anak-anak tunanetra di lembaga itu sangat senang dengan tulisan ini, lebih mudah dikneali dengan unjung jari. Tetapi kemudian mereka menyadari bahwa sistem tulisan mala mini masih memiliki banyak kekurangan. Sistem ini tidak membedakan huruf capital dan huruf kecil, tidak ada tanda-tanda untuk angka, ataupun tanda-tanda baca, kemuduhkan membutuhkan banyak ruang, dan sulit dipelajari. Tulisan malam ini dirasa hanya efektif untuk menuliskan pesan-pesan singkat seperti “maju” atau “musuh ada di belakang kita”, tetapi kurang bagus untuk dibuat buku bagi tunantera. Hal tersebutlah yang melandasi Louis Braille untuk memodifikasi ciptaan Charles Barbier tersebut menjadi tulisan Braille yang lebih sempurna yang digunakan oleh penyandang tunanetra kini untuk membaca dan menulis.  

Tulisan Braille dibawa ke Indonesia oleh seorang Belanda pada awal abad ke-20. Braille diajarkan di BLinden Institut, sebuah lembaga tunanetra yang didirikan oleh Dr. Westhoff pada tahun 1901 di Bandung, yang kini lembaga tersebut bernama Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna yang berada di bawah Departemen Sosial RI.