Rapat Kerja Pengurus Bravo 2013-2015

Para pengurus Bravo sedang berkumpul dengan duduk melingkar di Anjungan Nusa tenggara barat (NTB) TMII, 29-30 desember 2012.

Peringatan hari Disabilitas internasional se-Jabodetabek

Volunteer Bravo sedang berdiskusi untuk membantu kawan-kawan disabilitas

Peringatan hari Disabilitas Internasional se-Jakarta

Kawan-kawan disabilitas sedang jalan sehat dari Monas - Bundaran Hotel Indonesia (HI)

Selalu semangat untuk kawan-kawan disabilitas

Rani Aziz, Koordinator umum sedang berdiskusi dengan Bimo Wahyudi, Koordinator harian bravo

Volunteer Bravo Bersama Barrier free turism

Sedang membantu kawan disabilitas daksa menaiki tangga di stasiun cikini yang tidak akses

Minggu, 29 Maret 2015

Laporan Kegiatan Pendampingan Minggu,29 Maret 2015 @ Aula kantor kelurahan Cipinang Cempedak Jatinegara, Jakarta Timur.



Acara yang bertempat di Aula kantor Kelurahan Cipinang Cempedak ini diselenggarakan oleh koperasi SWABYMA. Koperasi yang di ketuai oleh bapak Yogi Madsoni ini mengadakan rapat kerja oleh para anggota koperasi SWABYMA itu sendiri. rapat kerja yang sebelumya dijadwalkan pukul 11.00 ternyata mundur menjadi pukul 12.00 ini dikarenakan pada pukul 09.30 sampai 12.00 koperasi swabyma juga mengundang para pejabat pemerintahan khususnya bidang koperasi dan usaha kecil menengah untuk menjelaskan bagaimana koperasi itu di bentuk dengan baik dan dikelola dengan transparansi. Para pejabat yang datang ini mulai dari tingkat daerah sampai tingkat kementrian UMKM. Para stakeholder ini mendukung penuh agar tunanetra itu bisa mandiri dan tidak selalu bekerja sebagai tukang pijat. “ kita ga mau tunanetra itu Cuma bisa mijat padahal mereka bisa mengembangkan kreativitas mereka.” imbuh salah satu dari pembicara.
Setelah pemaparan dari para tamu undangan barulah acara rapat dilaksanakan yakni tepat pukul 12.00 Wib. Rapat yang dihadiri oleh 43 anggota dari koperasi SWABYMA mengesahkan banyak hal salah satunya adalah bagaimana cara meminjam agar peminjam dana itu mendapatkan kemudahan. Acara rapat berakhir pada pukul 14.00 wib.
                                                                                                                                               
Nb:       jumlah volunteer 10 orang
            Kordinator lapangan : Adisyahputra Gultom

Jumat, 20 Maret 2015

DISABILITAS



Oleh: Mia Ranin Aulia
Apa itu Disabilitas?
Membuat definisi untuk disabilitas bukan pekerjaan mudah karena setiap elemen masyarakat mempunyai perspektif yang berbeda-beda. Ada kelompok yang melihatnya sebagai masalah kesehatan sementara kelompok lain mungkin melihatnya semata sebagai pihak yang perlu diberi derma. Ada juga yang percaya bahwa disabilitas itu sendiri sebenarnya bukan merupakan penghalang bagi seseorang untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat, tetapi disabilitas adalah hambatan yang ada di di lingkungan, misalnya, gedung yang tidak bisa diakses. Contoh klasik untuk masalah ini adalah ketika seorang pengguna kursi roda tidak bisa pergi ke bioskop karena gedungnya tidak memiliki akses untuk kursi roda. 

Faktor lain yang juga membuat masalah disabilitas menjadi kompleks adalah lingkungan tempat penyandang disabilitas tinggal. Dalam laporan WHO berjudul World Disability Report 2010 disebutkan bahwa orang-orang yang memiliki disabilitas yang sama bisa mengalami hal yang berbeda. Misalnya, myopia adalah gangguan penglihatan yang sangat umum terjadi dan bisa diatasi dengan mudah yaitu cukup dengan menggunakan kacamata, atau dengan operasi kecil. Namun, di Brazil, anak-anak dengan myopia menghadapi masalah di kelas karena orangtua mereka tidak sanggup membelikan mereka kacamata atau membiayai operasi mata. 

Laporan ESCAP mengungkapkan bahwa setiap negara memiliki definisinya sendiri tentang disabilitas. Malah, di beberapa negara, seperti Indonesia, setiap badan pemerintahan memiliki istilah dan definisinya sendiri. Keragaman definisi ini membuat organisasi internasional seperti DPI memutuskan untuk tidak mengadopsi atau membuat definisi untuk menghindari kemungkinan terjadi perselisihan dengan pihak lain. Konvensi Hak Penyandang Disabilitas (CPRD), konvensi PBB yang diakui secara universal tidak memuat definisi yang pasti mengenai disabilitas. Alih-alih, CRPD ‘mengakui bahwa disabilitas adalah konsep yang terus berkembang dan bahwa disabilitas lebih merupakan akibat dan bukan penyebab bagi ketakmampuan seseorang untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat. Konsep ini juga digunakan oleh satu instrument internasional lain, yaitu International Classification of Functioning, Disabilty, and Health (ICF) yang menggunakan istilah disabilitas sebagai istilah payung yang mengacu kepada keberfungsian individu, yaitu keterbatasan aktifitas, dan pembatasan partisipasi. 

Belakangan ini ada gejala yang menunjukkan terjadinya transisi dalam memandang disabilitas dari model medis ke model sosial. Model medis memandang disabilitas sebagai masalah kesehatan sementara model sosial memandang disabilitas sebagai hasil dari interaksi sosial. Kedua model ini tidak bisa dilihat secara terpisah karena disabilitas juga berakar dari dan mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang dan kedua model ini saling melengkapi.  

Data tentang Disabilitas

The World Report on Disability memperkirakan bahwa 15% populasi dunia, lebih dari satu miliar orang, hidup dengan disabilitas, dan 2,2% mengalami kesulitan yang serius karena kondisi itu. Namun, laporan ini juga menyatakan bahwa hingga saat ini tidak ada data yang memadai mengenai jumlah penyandang disabilitas. Hal ini terjadi karena metodologi pengumpulan data yang tidak beragam dan tidak standar yang dilakukan di setiap negara. Data yang memadai sangat diperlukan sebagai dasar untuk merumuskan dan mengembangkan strategi dan rencana dalam memperbaiki kesejahteraan hidup penyandang disabilitas. 

Usaha untuk mengumpulkan data global tentang disabilitas telah dilakukan oleh PBB melalui DISTAT, yang ditujukan untuk menyimpan statistik disabilitas di seluruh dunia. Pangkalan data ini terbuka bagi setiap orang yang membutuhkannya. Namun, metode dan standar yang diterapkan oleh negara-negara yang memberikan datanya  masih beragam. Dengan demikian, tingkat prevalensi masing-masing negara tidak bisa diperbandingkan.

Jenis Disabilitas 
Dalam bahasa orang awam, disabilitas biasanya masuk ke dalam kategori yang jamak digunakan, seperti orang yang kehilangan anggota tubuh, pengguna kursi roda, tunarungu atau tunanetra, dan mereka yang memiliki kesulitan berbicara. Meskipun anggapan ini ada benarnya, disabilitas lebih dari sekedar itu. Disabilitas tidak hanya meliputi gangguan yang terlihat, tapi juga setiap jenis gangguan yang menghambat kegiatan seseorang sehari-hari.

Dalam laporan ESCAP disebutkan bahwa tanggapan responden terhadap pertanyaan mengenai jenis-jenis disabilitas beragam. Beberapa responden lebih fokus kepada disabilitas fisik, sensori, dan intelektual, sementara responden yang lain juga mengikutsertakan disabilitas psiko-sosial dan disabilitas yang takterlihat, seperti kesulitan berbicara dan gangguan perkembangan.

Di lain pihak, ICF, yang menggabungkan model sosial dan medis, mengukur keberfungsian individu ke dalam enam wilayah:
  1. kognisi (memahami dan komunikasi )
  2. gerak (kemampuan untuk bergerak dan bepergian)
  3. pemeliharaan diri (kemampuan untuk menjaga kebersihan diri, berpakaian, makan, dan hidup mandiri).
  4. bergaul (kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain)
  5. kegiatan sehari-hari (kemampuan untuk memikul tanggung jawab di rumah, sekolah, dan pekerjaan)
  6. partisipasi di dalam masyarakat (kemampuan untuk terlibat di dalam kegiatan di masyarakat, umum, dan rekreasi)
Dalam istilah yang lebih umum, laman Disabled World (http://www.disabled-world.com) memberikan delapan kategori disabilitas:
  1. hambatan gerak dan fisik
  2. disabilitas tulang belakang
  3. disabilitas cedera kepala-otak
  4. disabilitas penglihatan
  5. disabilitas pendengaran
  6. disabilitas kognitif atau belajar
  7. gangguan psikologis
  8. disabilitas takterlihat